Rabu, 25 Desember 2013

sinopsis film my bloody valentine 3D


Anda penggemar film horor? My Bloody Valentine dijamin mampu memuaskan dahaga anda. Bukan hanya alur ceritanya yang membuat bulu kuduk berdiri, format 3D yang diaplikasi menambah nuansa horror terasa jauh lebih menyeramkan.

  


Bila menengok ke belakang. My Bloody Valentine sejatinya bukan film baru, melainkan hanya remake dari film berjudul sama karya sutradara George Mihalka pada 1981. Memang tak selegendaris Friday The 13th atau Halloween, tetapi film lansiran Kanada ini cukup mencuri hati peminat film horor.
Adalah kota Harmony yang menjadi seting lokasi cerita film ini. Sepuluh tahun lalu di kota ini terjadi bencana. Terowongan tambang batubara runtuh lantaran ulah penambang tak berpengalaman, Tom Hanniger (Jensen Askles) yang tak lain adalah putra pemilik tambang. Akibatnya tujuh orang tewas terkubur hidup-hidup dalam terowongan. Hanya satu orang yang selamat, namun mengalami koma cukup lama, yakni Harry Warden. Sementara Tom yang merasa bersalah memutuskan hengkang dari kota itu.
Tepat perayaan hari Valentine, Harry bangun dari komanya. Seperti orang kesurupan, dia melampiaskan kesumatnya dengan melakukan pembantaian menggunakan kapak beliung. Sebanyak 20 orang terbunuh. Tetapi akhirnya Harry sendiri juga berhasil dibunuh. Sebelum tewas ditembak, sang penjagal sempat mengguratkan pesan ”cinta”: Happy Bloody Valentine!
Setahun setelah peristiwa horor itu, Tom kembali pulang kampung. Ia berniat menjual saham pertambangan milik ayahnya itu, lantar cepat-cepat pergi lagi. Tapi sayang, waktu tak bersahabat dengan Tom. Ia datang tepat bersamaan dengan ‘musim’ pembantaian berantai yang tengah melanda kota itu.
Ironisnya, bukti-bukti mengarah pada Tom sebagai pelaku tunggal pembantaian. Masyarakat pun meyakini itu. Hanya Sarah (Jaime King), mentan kekasih Tom yang kini menjadi istri kepala kepolisian Harmoni, Axel (Kerr Smith) yang percaya bahwa Tom bukan pelakunya. Pada bagian inilah cerita menjadi lebih berwarna, mulai dari kisah roman, kriminal hingga horor. Cerita makin kompleks ketika Axel menjalin cinta dan bahkan menghamili teman kerja Sarah, Megan.
Tentu saja kisah-kisah picisan itu hanyalah sekedar bumbu. Karena poin utama film horor tentu adegan-adegan menyeramkan yang mengundang jerit ketakutan para penonton. Misi ini berhasil dicapai sang sutradara, Patrick Lussier. Dia memang dikenal sebagai spesialis film horror, diantaranya tiga film sekuel Scream (1996, 1997, dan 2000), Dracula (2000), dan adaptasi film Pang Brothers, The Eye (2006).
Apalagi dengan penggunaan format 3D, misi kengerian menjadi berlipat, karena penonton dibuat seolah terlibat di dalamnya. Misalnya saat sepotong tangan tanpa tubuh menggelayut di depan wajah, penonton ikut terkaget-kaget. Begitupun saat kapak si pembunuh tiba-tiba diayunkan, penonton akan benar-benar merasakan seolah kapak itu mengarah kepada dirinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar