Rabu, 04 Maret 2015

Biografi Pendiri PASKIBRA





Blitarkusayang2-Hai semua kali ini saya akan membahas seorang pendiri PASKIBRA .Siapa sih yang tidak tahu PASKIBRA ?? Pasti semuanya tahu dong ,, Tapi tahu gak temen-temen kapan Paskibra itu terbentuk dan Siapakah Pendirinya ??

Langsung saja Check This Out


SEJARAH SINGKAT PASKIBRA

 Menjelang peringatan hari ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 2, Presiden Soekarno memanggil salah seorang ajudan beliau, yaitu bapak Mayor (L) Hussein Mutahar dan memberikan tugas untuk mempersiapkan dan memimpin Upacara Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1946 di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itu, Bapak Hussein Mutahar mempunyai pemikiran bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, maka pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se Indonesia. Kemudian beliau menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri dari 3 orang putrid dan 2 orang putra perwakilan daerah yang ada di Yogyakarta untuk melaksanakan tugas tersebut. Salah satu pengibar tersebut adalah Titik Dewi pelajar SMA yang berasal dari Sumatra Barat dan tinggal di Yogyakarta.


Pengibaran Bendera Pusaka ini kemudian dilaksanakan lagi pada peringatan Detik detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1947, 17 Agustus 1948, dan tanggal 17 Agustus 1949 di depan Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta. Pada tanggal 28 Desember 1949 Presiden Soekarno kembali ke Jakarta untuk mengaku jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat, dan pada saat itulah Bendera Sang Saka Merah Putih juga dibawa ke Jakarta.


Untuk pertama kali peringatan hari Proklamasi Republik Indonesia, tanggal 17 Agustus 1950 diselenggarakan di Istana Merdeka Jakarta. Bendera Pusaka Merah Putih berkibar dengan megahnya di tiang Tujuh Belas. Regu regu pengibar dari tahun 1950 1966 dibentuk dan diatur oleh rumah tangga kepresidenan.


Percobaan Pembentukan Pasukan Pengerek Bendera Pusaka Tahun 1967 dan Pasukan Pertama Tahun 1968


Tahun 1967, Bapak Hussein Mutahar dipanggil oleh Presiden Soekarno untuk menangani lagi Pengibaran Bendera Pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, beliau kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok, yaitu :


Kelompok 17/Pengiring (Pemandu)


Kelompok 8/ Pembawa


Kelompok 45/Pengawal


Ini merupakan symbol/gambaran dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu, beliau melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran Bendera Pusaka dan dengan Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) sebagai pasukan 45.


Pada tanggal 17 Agustus 1968, petugas Pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan propinsi. Tetapi propinsi-propinsi belum seluruhnya mengirimkan utusanya sehingga masih harus ditambahkan oleh eks anggota pasukan tahun 1967.

 BIOGRAFI  MAYOR HUSEIN MUHTAHAR

 

 

 Nama : Haji Husein Mutahar
Lahir : Semarang, 5 Agustus 1916


RIWAYAT HIDUP

Pendidikan:
  • ELS (Europese Lagere School) (SD Eropa 7 tahun), merangkap mengaji/membaca Al-Quran pada guru wanita, Encik Nur.
  • MULO (Meer Uitgebreid Lager Ondewwijs) atau SMP 3 tahun di Semarang, merangkap mengaji pada Kiai Saleh.
  • MS (Algemeen Midelbare School) atau SMA, jurusan Sastra Timur, khusus bahasa Melayu, di Yogyakarta.
  • Universitas Gajah Mada, Jurusan Hukum merangkap Jurusan Sastra Timur, khusus Jawa Kuno di Yogyakarta (sesudah 2 tahun drop out karena perjuangan).
  • Semua Kursus/Training Pemimpin Pandu di Indonesia dan di London.
  • Training School Diplomatic and Consulair Affairs di Nederland.
  • Training School Diplomatic and Consulair Affairs di kantor PBB (United Nation Organization/UNO), New York.
Pekerjaan:
  • Guru Bahasa Belanda di SD swasta Islam di Pekalongan.
  • Wartawan berita kota, surat kabar Belanda "Het Noor­den" di Semarang, 1938.
  • Klerk di Cosultatie Bureau der Afdeling Nijverheid voor Noord Midden Java, Departement Ekonomische Zaken, 1939-1942.
  • Sekretaris Keizai Bucho (Kepala Bagian Ekonomi) Kantor Gubernur Jawa Tengah, 1943.
  • Pegawai Rikuyu Sokyoku (Jawatan Kereta Api Jawa Tengah Utara) di Semarang, 1943-1948.
  • Sekretaris Panglima Angkatan Laut Republik Indonesia, 1945-1946.
  • Ajudan III, kemudian Ajudan II Presiden Republik Indonesia, 1946-1948.
  • Pegawai Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 1969-1979.
  • Diperbantukan pada Departemen Pendidikan dan Kebu­dayaan sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pra­muka (Dirjen Udaka) Departemen P&K, 1966-1968.
  • Diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia pada Tahta Suci di Vatikan, 1969-1973.
  • Direktur Protokol Departemen Luar Negeri merangkap Protokol Negara, 1973-1974
  • InspekturJenderal Departemen Luar Negeri dan se­la­ma 16 bulan, merangkap Direktur Protokol dan Konsu­ler Departemen Luar Negeri, merangkap Kepala Protokol Negara, 1974.
  • Pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil, golongan IVe.

Pergerakan:
  • Pemimpin Pandu dan Pembina Pramuka, 1934-1969
  • Anggota Partai Politik, 1938-1942
  • Kepala Sekolah Musik di Semarang, se­bagai tempat penanaman, penye­bar­an, dan pengobaran semangat ke­bangsaan Indonesia, sebagai gerakan melawan penyebaran semangat Je­pang dan bungkus gerakan subversi lawan Jepang, 1942-1945
  • Anggota AMKRI (Angkatan Muda Ke­reta Api Indonesia) di Semarang, 1945.
  • Anggota BPRI (Badan Pemberontak Rakyat Indonesia) Jawa Tengah, 1945.
  • Anggota redaksi majalah ”Revolusi Pe­muda”, 1945-1946.
  • Gerilya, 1948-1949
  • Ikut mendirikan dan bergerak sebagai pemimpin Pandu serta kemudian menjadi anggota Kwartir Besar Or­ga­nisasi Persatuan dan Kesatuan Kepanduan Nasional Indonesia ”Pandu Rakyat Indonesia”, 28-12-1945 s.d. 20-5-1961.
  • Ikut mendirikan dan bergerak sebagai Pembina Pra­muka, duduk sebagai anggota Kwartir Nasional Ge­rak­an Pramuka dan Andalan Nasional Urusan Lati­h­an,1961-1969.
  • Sekretaris Jenderal Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka, 1973 -1978, dan anggota biasa, 1978-2004.
  • Alumni Penataran P-4 Tingkat Nasional XIX,1980.
  • Ketua Umum organisasi sosial di bidang pendidikan ”Parani Dharmabakti Indonesia” (PADI), 1987–2004.
  • Ketua Dewan Pengawas ”Yayasan Idayu”.
Hobi:
  • Seni Suara
  • Studi Agama Islam dan perbandingan agama-agama serta organisasi kerohanian, baik di dunia Timur maupun Barat.
Keluarga:
Tidak menikah, namun mempunyai 8 anak semang (6 laki-laki dan 2 perempuan). Sebagian merupakan ”se­rahan” dari ibu mereka yang janda atau bapak me­reka beberapa waktu sebelum meninggal dunia. Ada pula bapak/ibu yang sukarela menyerahkan anaknya untuk diakui sebagai anak sendiri. Semua sudah beru­mah tangga dan mempunyai 15 orang cucu (7 laki-laki dan 8 perempuan).

Meninggal Dunia:
Hari Rabu, 9 Juni 2004, pukul 16.30 WIB, dalam usia 87 ta­hun di Jln. Damai No.20 Cipete, Jakarta Selatan. Dima­kamkan di Taman Pemakaman Umum Jeruk Purut, Ja­kar­ta Selatan. Sebetulnya, beliau berhak dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata karena memiliki tanda kehormatan ”Mahaputera” atas jasa menyelamatkan bendera pusaka Merah Putih dan ”Bintang Gerilya” atas jasanya ikut perang gerilya tahun 1948-1949. Tetapi, beliau tidak mau, bahkan mengurus hal itu kepada pengacara dengan membuat surat wasiat.

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar