Peradaban dan Pemikiran yang Berkembang Pada Masa Dinasti Abbasiyah
Pemikiran yang berkembang
pada masa dynasti Abbasiyah, pada awalnya adalah Syiah. Mereka beranggapan yang berhak
meneruskan kepemimpinan Islam Rasulullah saw adalah kerabat-kerabat Nabi Muhammad
saw.
Artinya: Dan orang-orang yang beriman sesudah itu
kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu Maka orang-orang itu Termasuk
golonganmu (juga). orang-orang yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya
lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat
Dan
menganggap bahwa pembaiatan Ali sebagai khlaifah yang boleh diangkat
dengan landasan bahwa Abbas bin Abdul Muthalib pernah berkata: “Kemarilah, Aku
akan membai’atmu sebagai khalifah dan
tidak seorang pun berseberangan denganmu. Landasan yang lain adalah pernyataan
Dawud bin Ali (paman Abu Abbas as-Saffah pada saat pembaiatan as-Saffah: “Wahai
para penduduk Kufah, tidak lah terdapat seorang pemimpin yang berhak kalian
taati setelah Rasulullah saw, kecuali Ali bin Abi Thalib dan yang berdiri
ditengah-tengah kalian hari ini yaitu as-Saffah.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui
bahwa terdapat dua kelompok yang menghendaki terjadinya perubahan system
pemerintahan dengan mengembalikan hak kepemimpinan kepada mereka yang lebih
berhak secara wasiat, adalah kelompok syi’ah dan Bani Abbasiyah. Selian itu
dapat pula di temukan bahwa beridirinya daulah atau Dinasti Abbasiyah berkat
kegigihan kedua kelompok tersebut dalam mengumpulkan seluruh kelompok untuk
melakukan revolusi besar-besaran terhadap pemerintahan Dinasti Umawiyyah yang
diawali dari Khurasan dan Irak hingga ke Kufah yang pada akhirnya keluarga Bani
Umayyah lari ke Magrib kemudian ke Andalusia dan kemudian mendirikan kembali Dinasti
Umayyah disana untuk menandingi Dinasti Abbasiyah di Kufah.
Di masa dinasti Abbasiyah juga terdapat,
pemikiran yang semakin kritis terhadap ilmu-ilmu pengetahuan. Hal itu
ditunjukan oleh pembangunan sebuah perpustakaan yang diberi nama Baitul Hikmah,
di dalamnya orang dapat membaca, menulis, dan berdiskusi.
Lalu di masa dinasti Abbasiyah pula
empat mazhab fiqih[6]
tumbuh dan berkembang. Imam Abu Hanifah (meninggal di Baghdad tahun 150 H/776
M) adalah pendiri Mazhab Hanafi. Imam Maliki bin Anas banyak menulis hadist dan
pendiri Mazhab Maliki (wafat di Madinah Tahun 179 H/795 M). Muhammad bin Idris
Ash-Syafi’I (wafat di Mesir tahun 204 H/819 M) adalah pendiri Mazhab Syafi’i.
Ahad bin Hambal (wafat tahun 241 H/855 M).
Selain tentang Mazhab-mazhab fiqih masih ada lagi ilmu-ilmu yang
berkembang di masa dinasti Umayyah:
1. Ilmu Hadist
a. Imam Bukhari
(194-256 H), karyanya Shahih
Al-Bukhari;
b. Imam muslim (wafat 261 H), karyanya Shahih Muslim;
c. Ibnu Majah,
(wafat 824-887 H), karyanya Sunah
Ibnu Majah;
d. Abu Dawud, karyanya sunah Abu Dawud..
2. Ilmu Kalam
a. Imam Abul Hasan
Al-Asy’ari
dan Imam Abu
Muhammad,
tokoh Asy’ariyah;
b. Washil bin Atha, Abul huzail Al-Allaf
3. Ilmu Astronomi
A. Abu Mansur Al-Falaki (wafat 272 H), karyanya yang terkenal
adalah Isbat Al-Ulum dan Hayat Al-Falak;
B. Jabir Al-Batani
(wafat 319 H), karyanya yang paling terkenal adalah penciptaan teropong bintang
pertama dan kitab Ma’rifat
Mathiil Buruj Baina Arbai
Al-Falak;
C. Raihan Al-Bairuni (wafat 440 H), keryanya
adalah At-Tafhim Awal As-Sina At-Tanjim
Dengan berkembangnya ilmu di
atas sudah sewajarnya kita berpendapat pasti system pemerintahan dan hokum saat
itu sangatlah baik. Seperti contoh Khalifah Harun
Ar-Rasyid
adalah khalifah yang kuat tegas, adil, dan cinta dengan ilmu. Maka sangat wajar
jika di masa khalifah tersebut ilmu bisa berkembang dengan pesat.
Warisan-warisan Dari
Dinasti Abbasiyah
dan Penyebab
Runtuhnya
Pemerintahan Dinasti
Abbasiyah
Warisan-warisan
dari Dinasti Abbasiyah untuk dunia cukup banyak seperti sebagai berikut:
1.
Kota
Baghdad dan istanah-istanahnya yang megah;
2.
Terkembangnya
ilmu-ilmu yang semakin maju hingga sekarang;
3.
Masjid-masjid
yang dibangun atas perintah khalifa-khalifah dinasti Abbasiyah;
4.
Dan
buku-buku karya ilmuan pada masa dinasti Abbasiyah yang menjadi refrensi ilmuan
jaman sekarang.
Penyebab runtuhnya dinasti Abbasiyah[7]:
1.
Perasaingan antar bangsa;
2.
Kemrosotan ekonomi;
3.
Konflik keagamaan;
4.
Perang salib;
5.
Serangan bangsa mongol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar